Katolikana.com, Surabaya — Setelah lebih dari setahun mengalami kekosongan takhta, Keuskupan Surabaya kini segera memiliki sosok gembala anyar. Nama uskup baru tersebut rencananya akan diumumkan besok Selasa (29/10/2024).
Diosis di wilayah timur Jawa tersebut bakal menggelar acara “Misa Syukur dan Pengumuman Uskup Baru Keuskupan Surabaya” di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya pada pukul 17.00 WIB.
Informasi ini pertama kali disampaikan oleh R.D. Yoseph Jaga Dawan, SVD, Vikep Religius Keuskupan Surabaya, dan telah dikonfirmasi oleh Administrator Apostolik Keuskupan Surabaya.
Dengan demikian, Keuskupan Surabaya akan memiliki uskup definitif dalam waktu dekat. Pasca meninggalnya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono pada 10 Agustus 2023, praktis takhta Keuskupan Surabaya berstatus sede vacante.
Dalam kurun setahun terakhir, untuk sementara waktu tampuk kepemimpinan keuskupan tersebut dipegang oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Surabaya, R.D. Yosef Eko Budi Susilo. Romo Yosef ditunjuk sebagai Administrator Diosesan Keuskupan Surabaya sampai adanya uskup baru.
Wewenang Paus
Dalam tradisi Gereja Katolik, penentuan uskup merupakan wewenang mutlak Vatikan. Wewenang ini dipegang oleh Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Saat seorang uskup meninggal dunia, pensiun, ataupun mengundurkan diri karena alasan lain, maka untuk sementara waktu keuskupan tersebut akan memasuki masa sede vacante (kekosongan takhta).
Setelah itu, Paus akan mempertimbangkan penunjukan uskup baru dalam sebuah mekanisme tertutup dan rahasia dengan mengandalkan Penyelenggaraan Ilahi (Providentia Dei). Umat awam ataupun imam di dalam keuskupan tidak dapat ikut mencampuri proses ini.
Lamanya masa sede vacante tidak diatur secara khusus. Paus diperkenankan untuk menentukan uskup baru di keuskupan-keuskupan yang mengalami sede vacante saat sudah menemukan nama gembala yang dinilainya tepat, tanpa adanya batasan waktu.
Jika melihat konteks terkini di Gereja Katolik di Indonesia, ada sejumlah nama uskup tanah air yang terbilang baru saja ditunjuk oleh Paus Fransiskus. Di Labuan Bajo, Paus Fransiskus mendirikan keuskupan baru pada Juni 2024. Bersamaan dengan itu, Paus sekaligus menunjuk Mgr. Maksimus Regus sebagai gembala pertama di keuskupan baru tersebut.
Baca juga: Habemus Episcopum! Mgr. Maksimus Regus Diumumkan sebagai Uskup Pertama Labuan Bajo
Kemudian Keuskupan Agung Ende sempat mengalami takhta lowong selama enam bulan sepeninggal Mgr. Vincentius Sensi Potokota meninggal dunia pada November 2023. Di bulan Mei 2024, Paus akhirnya menarik Superior Jenderal SVD asal Flores, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, untuk kembali ke tanah kelahirannya. Mgr. Budi ditahbiskan sebagai Uskup Agung Ende yang baru pada bulan Agustus 2024.
Mundur lagi ke bulan Maret 2024, Mgr. Petrus Turang, Uskup Agung Kupang saat itu, telah resmi memasuki masa purna tugasnya di usia 77 tahun. Namun, Keuskupan Agung Kupang tidak mengalami masa sede vacante. Sebab, pada saat pensiunnya Mgr. Turang, Vatikan telah menetapkan Mgr. Hironimus Pakaenoni sebagai gembala baru keuskupan tersebut. Mgr. Pakaenoni lantas menerima tahbisan sebagai uskup pada Mei 2024 dari tangan Nunsio Apostolik Takhta Suci untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo.
Baca juga: Kasih Persaudaraan Mgr. Paulus Budi Kleden untuk Keuskupan Agung Ende
Namun ada pula keuskupan yang mengalami masa sede vacante berlarut-larut, seperti Keuskupan Timika. Setelah Mgr. John Philip Saklil mangkat pada Agustus 2019, Vatikan masih belum menunjuk nama uskup baru untuk Timika. Praktis, hingga saat ini, Keuskupan Timika telah mengalami masa sede vacante selama lebih dari lima tahun.
Kekosongan gembala di Timika mencatatkan sejarah sebagai masa sede vacante paling lama yang pernah dialami keuskupan di tanah air. Sebelumnya tidak pernah ada kekosongan takhta uskup hingga mencapai waktu lima tahun sejak hierarki Gereja Katolik Indonesia dibentuk secara resmi pada tahun 1961. (*)
Baca juga: Uskup Timika John Saklil Wafat, Umat Katolik Papua Berduka
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha